Suka Cita Injili : Anjuran Apostolik Paus Fransiskus.

“Tulisan ini merupakan ringkasan dari beberapa komentar yang oleh penulis dihimpun dari berbagai sumber. Tulisan ini dimaksudkan sebagai bahan permenungan untuk kita bersama”

Evangelii Gaudium adalah judul dokumen yang dipilih Paus Fransiskus, untuk Himbauan Apostolik terbarunya yang diumumkan pada Selasa, 26 November 2013 yang lalu. Dokumen ini menempatkan kegembiraan dalam perjumpaan dengan Kristus. Seruan Apostolik ini boleh dibilang sebagai program kerja Paus Fransiskus. Ia mencita-citakan sebuah Gereja yang lebih terbuka, yang mampu menampilkan diri sebagai sebuah budaya tandingan (counterculture) bagi gambaran manusia homo economicus yang tengah terpasung perangkap budaya konsumerisme. Himbauan Apostolik Sukacita Injil ingin mengajak tiap murid Kristus menyadari panggilan orang yang sudah dibaptis, yakni berevangelisasi pada siapapun, di manapun, dan dengan cara yang paling tepat sesuai situasinya. Dengan menerima baptisan maka setiap orang Kristen menerima tugas perutusan yang berasal dari Yesus sendiri.

Pada Pesta Penutupan Tahun Iman, yang dicanangkan Paus Emeritus Benediktus XVI, Paus Fransiskus memimpin Ekaristi di Lapangan St Petrus. Ia menyampaikan Himbauan Apostolik Sukacita Injil (Evangelii Gaudium) sebagai pesan pasca-sinodal. Paus secara simbolik menyerahkannya pada seorang uskup, imam dan diakon dari Latvia, Tanzania dan Australia, serta wakil penerima Sakramen Krisma, seminaris, suster novis, satu keluarga, katekis dan seorang buta –dalam bentuk CD agar dapat didengarkan secara audio. Selain itu, diberikan pada wakil komunitas-komunitas dan gerakan orang muda. Bahkan secara simbolik, Himbauan Apostolik itu diserahkan pada Etsuro Sotoo, seorang pematung Jepang terkenal dan Anna Gulak, seorang pelukis Polandia untuk memperjelas harapan, agar evangelisasi terjadi melalui karya seni, bagian hidup manusia yang menonjolkan keindahan. Dua wartawan juga menjadi wakil penerima Himbauan Apostolik ini guna menegaskan komitmen Gereja berevangelisasi dengan cara- cara baru budaya modern. Dokumen setebal 224 halaman itu menguraikan visi Paus tentang sebuah Gereja misionaris, yang memperbaharui struktur dan program Gereja untuk fokus pada misi evangelisasi dalam dunia modern.

Umat diajak menyadari untuk terus berada dalam misi-pengutusan dan pewartaan Injil. Inilah anugerah yang bukan untuk kita simpan, melainkan untuk dibagikan pada semua orang. Pembaruan struktur Gereja perlu dilihat dalam kesatuan dengan orientasi pada tugas pengutusan. Hal ini menuntut penyesuaian dengan situasi dan kondisi baru, yang didasari semangat abadi untuk mendengarkan ajakan Sang Putra, agar semua orang menjadi sahabat-Nya. Dalam dokumen itu, Paus menyerukan kepada semua orang Kristen untuk melakukan “revolusi dengan cara yang lembut” dengan membuka hati mereka setiap hari terhadap kasih Allah dan pengampunan.

Menurutnya, bahaya besar dalam masyarakat konsumen saat ini adalah kesedihan dan penderitaan yang diakibatkan oleh hati yang rakus, mengejar kesenangan, dan hati nurani yang tumpul. Setiap kali kehidupan batin kita menjadi terjebak dalam kepentingan diri sendiri, tidak ada tempat lagi untuk orang lain, tidak ada ruang lagi bagi orang miskin.

Beberapa Anjuran dan Nasehat
Pastoral : Paus mendesak peran yang lebih besar bagi kaum awam dan perempuan dalam Gereja, terutama dalam membuat keputusan. Paus menyerukan bahwa Paroki juga adalah Gereja jangan menutup diri pada dunia luar, dia harus terbuka menjadi tempat berteduh bagi siapapun juga, yang miskin, kekurangan yang tersingkir. Sehingga Paroki pada akhirnya menjadi pewarta Kabar Baik itu sendiri yang membawa sukacita kepad semua orang.

Gaya hidup modern menjadi juga perhatian paus dalam dokumen ini, paus mencermati proses sekularisasi telah menjamur ke seluruh dunia, misalnya iman menjadi sekadar urusan privat saja. Proses itu menyebabkan etika sosial dalam banyak segi merosot, sehingga dosa sosial kian tak dirasa dan relativisme moral menyeruak di mana-mana. Inilah akar dai setiap persoalan kehidupan dewasa ini. Mulai dari masalah mengenai anak muda yang seakan kehilangan orientas dalam menyongsong masa depan. Hal ini diperparah manakala sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi generasi muda untuk semakin menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan menjadi kurang bertaji untuk memberikan dan mengajarkan nilai-nilai yang mampu mengalahkan kecenderungan manusia pada pola piker sekular dan relative. Manusia hanya sibuk dengan dunianya sendiri dan lupa akan tanggung jawab sosial sebagai mahluk sosial.

Ekonomi dan Keadilan Sosial : Paus Fransiskus juga mengkritik sistem ekonomi global yang “tidak adil” saat ini, yang disebabkan oleh tirani pasar, spekulasi keuangan, korupsi dan penggelapan pajak. Paus mengajak umat untuk memakai seluruh alam demi kesejahteraan bersama secara adil. Jangan sampai ekonomi menyebabkan banyak orang harus termatikan demi kemajuan segelintir orang. Pada bagian ini paus ingin mengajak kita untuk merenung sejauh mana kekayaan alam telah dimanfaatkan sungguh-sungguh untuk kesejahteraan bersama? Apakah sebagai umat beriman telah menjalankan tanggung jawab atas kekayaan yang kita miliki untuk saling berbagai atau kita telah mengambil kekayaan alam itu terlalu banyak dan lupa untuk memberi kepada sesame? Meskipun cara kerja kita jujur dan adil namun kalau kita mengambil terlalu banyak sebagai kekayaan kita pribadi rasa-rasanya hal ini pun bertentangan dengan semangat injili.

Keluarga: Keluarga menjadi lingkup etika dan moral perdana, kendati mengalami krisis budaya besar. Sebagai sel terkecil masyarakat, kita belajar hidup bersama dalam perbedaan, dan orangtua mewariskan iman pada keturunannya. Keluarga harus menjadi tempat perlindungan, tempat dimana setiap orang menemukan ketentraman dan kedamaian. Sebab disinilah iman berkemang dan tumbuh. Iman yang berkembang di tengah kehangatan keluarga akan menghasilkan manusia yang semakin menyadari akan perannya sebagai bagian dari masyarakat. Dengan demikian keluarga menjadi benteng bagi setiap nilai-nilai negative yang tumbuh di tengah masyarakat yang semakin modern. Paus juga semakin menegaskan sikap Gereja dalam menentang aborsi sebab perkawinan bukan hanya dipandang sebagai tempat pemuas emosional, tapi memancarkan tanggungjawab penuh kasih. Itulah sebabnya aborsi harus dilihat sebagai dosa, dan menghancurkan pribadi manusia.

Gereja untuk orang Miskin: Gereja memandang bahwa orang miskin bukanlah objek jadi setiap tindakan karitatis yang seharusnya dilakukan Gereja. Mereka adalah bagian dari keluarga kita sendiri sehingga membantu mereka bukanlah sebagai suatu bantuan namun sebagai suatu kebersamaan sebagai sesama anak-anak Allah. Kembali ke visinya tentang Gereja yang miskin dan untuk orang miskin, Paus mendorong kita untuk memberi perhatian khusus terhadap orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat, termasuk tunawisma, pengungsi, masyarakat adat, lansia, migran, dan korban perdagangan. Allah mengajak kita bergandengan tangan dengan orang miskin, seperti Dia memandang mereka dengan mata kasih dan kerahiman. Dengan demikian, kita diajak melaksanakan pesan Flp 2:5, berpikir dan merasa seperti Yesus.

Perdamaian Dunia. Akhirnya, dokumen itu juga fokus pada tema mempromosikan perdamaian, keadilan dan persaudaraan, melalui dialog yang baik dan hormat dengan semua orang dari semua agama maupun tak beragama. Dialog dibagung dalam beberapa bidang kehidupan yakni dialog antar negara, masyarakat termasuk ilmu dan budaya serta antar agama. Dialog mengandaikan persamaan dari setiap pihak untuk mencari kebaikan bagi kepentingan bersama. Sehingga dalam hal ini tidak ada lagi kepentingan kelompok namun kepentingan bersama untuk mewujudkan perdamaian yang berdasarkan atas cinta kasih.

***

Secara keseluruhan, Himbauan Apostolik ini mengajak kita untuk menatap masa depan dengan pendirian-pendirian Katolik, yang praksisnya telah sering kita lihat dalam teladan-teladan Paus Fransiskus. Mengajak kita untuk menghayati iman dengan suka cita. Sehingga pada akhirnya suka cita inilah yang akan menggerakan kehidupan kita dalam perutusan di tengah dunia. Suka cita Injili ini juga yang menjadi tema utama dalam pewartaanm kita kepada sesama.

One thought on “Suka Cita Injili : Anjuran Apostolik Paus Fransiskus.

Tinggalkan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.