PESTA NIKAH ALLAH DENGAN MANUSIA

  • Hari Minggu Biasa Ke 2
  • Yoh. 2:1-11.

PESTA NIKAH ALLAH DENGAN MANUSIA

MENGENAL MEMPELAI YANG MENCINTAI KITA

Penginjil Yohanes menulis bahwa ada pesta nikah.

Para undangan telah minum banyak sampai habislah anggurnya.

Terdesak oleh ibunya, Yesus menyediakan 600 liter anggur, yang mutunya terbaik bagi para tamu yang sudah agak mabuk. Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea.

Halaman injil ini cukup mengeherankan dan membingkungkan, sebab menimbulkan beberapa pertanyaan:

  1. Apakah Allah mengutus anak-Nya untuk menakjubkan manusia dengan menyediakan 600 liter anggur yang terbaik bagi orang yang sudah agak mabuk?
  2. Penginjil menulis bahwa: “Dengan itu Yesus telah menyatakan kemuliaan-Nya!”

Kita tahu bahwa kata kemuliaan (terjemahaan kata “doksa” bhs yunani) berarti bahwa seseorang menyatakan siapakah dia yang sebenarnya, identitasnya yang sebenarya.

Jadi, apakah Yesus telah menyatakan kemuliaan-Nya, menyatakan siapakah dia yang sebenarnya, identitasnya yang sebenarya dengan menyediakan 600 liter anggur, yang mutunya terbaik bagi para tamu yang sudah agak mabuk?

3. Dan setelah itu: “Murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.”

Apakah murid-muridNya menjadi percaya karena Yesus telah menyediakan 600 liter anggur, yang mutunya terbaik bagi para tamu yang sudah agak mabuk?

Dengan kata lain: Yesus yang telah menyediakan 600 liter anggur, yang mutunya terbaik bagi para tamu yang sudah agak mabuk

  • menjadi dasar iman murid-murid Yesus!
  • menjadi dasar iman Gereja!
  • apakah memang inikah pesan Yohanes dalam kisah yg baru kita dengar?

Tidak!

Yohanes berbicara tentang suatu relasi baru antara Allah dengan manusia yang dibangun oleh Yesus, sebab “Hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih sayang Allah dibawa oleh Yesus.” (Yoh 1:17).

Catatan:

untuk mengerti pesan yang disampaikan oleh seorang penginjil perlu kita pertama-tama ingat bahwa si penginjil telah menulis injilnya berdasarkan ketigabelas rumusan yang telah ditetapkan oleh Rabi Hillel untuk menulis sebuah karya sastra, di mana salah satu mengatakan: kalau mau dikaitkan dua peristiwa – misalnya peristiwa A dengan peristiwa B – pakailah kata-kata yang sama dalam peristiwa A dan dalam peristiwa B.

Berbekal rumusan Rabi Hillel ini kita melihat bahwa Penginjil Yohanes mencatat bahwa

> “Pada hari ketiga” ada perkawinan di Kana yang di Galilea.

Menurut Kitab Keluaran “pada hari ketiga” di gunung Sinai, Yahwe telah membuat ikatan perjanjian dengan bangsa Israel dimana Yahwe adalah Allah mereka dan mereka umat-Nya. (Bdk Kel 19:16; 34:27-28).

> Perkawinan: ada perkawinan di Kana yang di Galilea.

> Sejak nabi Hosea (2:16.19), perkawinan dipakai untuk melambangkan ikatan perjanjian antara Allah dengan Israel dalam kasih dan kesetiaan, di mana Allah adalah mempelai laki-laki dan Israel mempelai perempuan.

Dengan demikian, penginjil Yohanes sudah memberi isyarat bahwa apa yang akan dikisahkan adalah kisah cinta antara Yahwe dengan Israel berdasarkan “Hukum Taurat yang diberikan oleh Musa, yang kemudian berkembang menjadi relasi baru sebab kasih sayang Allah dibawa oleh Yesus.” (Yoh 1:17).

Yohanes berbicara tentang suatu relasi baru antara Allah dengan manusia yang dibangun oleh Yesus, sebab kasih sayang Allah dibawa oleh Yesus.” (Yoh 1:17).

Dalam perkawinan itu anggur habis

Situasi itu dipahami oleh ibu Yesus.

Anggur adalah lambang kegembiraan dan kemabukan cinta. (Kid 1:4).

Saat terpenting dalam pesta perkawinan adalah ketika kedua mempelai minum anggur dari piala yang sama.

Ternyata bahwa dalam relasi antara Yahwe dan Israel tidak ada anggur, tidak ada cinta. Mengapa? Sebab manusia tak pernah merasa dirinya beres dihadapan Allah karena dosa-dosanya. Manusia tidak merasa tenang sebab Allah suka marah, suka menghukum manusia untuk selama-lamanya. Bahkan, Allah menuntut hukuman mati bagi manusia yang melanggar Hari Sabat (Kel 31:14).

Dalam konteks ini, manusia merasa tidak dikasihi dalam kelemahannya. Ia merasa diancam dan diteror oleh Allah. Tidak ada cinta dalam hidupnya, yang ada, adalah ketakutan.

Enam tempayan kosong:

Dosa dirasakan sebagai noda yang dapat dibersihkan melalui pembasuhan ritual sesuai dengan ketentuan-ketentuan institusi agama. Itulah sebabnya di situ, ada enam tempayan yang masing-masing berkapasitas sekitar 100 liter (jadi 600 liter!).

Air enam tempayan itu tidak boleh digunakan untuk kebutuhan keluarga: untuk masak untuk mandi, melainkan hanya untuk pembasuhan ritual orang Yahudi, yaitu untuk membersihkan noda dosa.

Akan tetapi, ke-6 tempayan itu ternyata kosong.

Apa artinya?

Artinya adalah bahwa sebanyak apa pun air pembasuhan itu, tak akan bisa memurnikan hati manusia dari dosanya.

Nah,

Karena situasi hubungan antara Allah dan manusia dirasakan seperti itu, maka Yesus diundang ke perkawinan itu, ke pesta nikah antara Allah dengan manusia.

Melalui perilaku dan ajaran-Nya, Yesus memberitahu bahwa Bapa-Nya tidak bersikap seperti yang diajarkan oleh Musa dan oleh guru agama.

Yesus bercerita bahwa Bapa-Nya menganugerahkan matahari dan hujan kepada orang jahat dan kepada orang baik (Mat 5:45), sebab Bapa-Nya tidak mencintai pribadi manusia setimpal jasanya, melainkan setimpal kebutuhannya, sebab semuanya membutuhkan cinta kasih-Nya, sebagaimana semuanya membutuhkan matahari dan hujan.

Yesus – yang menghadirkan BapaNya (Yoh 14:8) – menganugerahkan anggur-Nya kepada kedua mempelai itu, dalam kelimpahan dan tanpa syarat, bukan berdasarkan jasa atau kepantasan, melainkan untuk membahagiakan mereka, karena mereka membutuhkan anggur itu untuk berpesta. Anggur itu adalah anugerah murni, yang diberi tanpa diketahui pemimpin pesta dan oleh kedua mempelai itu sendiri!

Itulah Bapa-Nya yang menginginkan agar manusia hidup untuk berpesta bersama Dia.

Relasi cinta antara Allah dan manusia, yang diteguhkan oleh Yesus untuk melayani kebahagiaan manusia, diberi nama “Perjanjian Baru atau Relasi Baru”, “sebab Hukum Taurat diberikan oleh Musa (Perjanjian Lama – Relasi lama),

tetapi kasih sayang Allah dibawa oleh Yesus (Perjanjan Baru – Relasi Baru.)” (Yoh 1:17).

Itulah sebabnya Yesus diundang ke perkawinan itu, ke pesta nikah antara Allah dengan manusia.

Ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan,”Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!”

Kata-kata ini (relasi baru:P.B.) dikaitkan dengan kata-kata yang diucapkan oleh orang Israel di gunung Sinai (relasi lama:P.L.) setelah Musa mengumumkan perjanjian,”Segala firman Tuhan akan kami lakukan.” (Kel 24:17)

Dengan itu Yesus telah menyatakan kemuliaan-Nya.

“Kemuliaan” berarti seseorang menyatakan siapakah dirinya yang sebenarnya. Sebagaimana Allah menyatakan kemuliaan-Nya di gunung Sinai ketika mengumumkan perjanjian dengan orang Israel, sekarang Yesus menyatakan kemuliaan-Nya di Kana dengan menganugerahkan anggur-Nya, yaitu cinta kasih-Nya dalam kelimpahan, boleh dikatakan berlebih-lebihan –

Pribadi dan identitas Yesus menjadi nyata dalam anugerah anggur, dalam anugerah cinta kasih-Nya bagi seluruh umat manusia dalam kelimpahan dan tanpa syarat.

…. dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya!

Inilah mempelai dasar iman murid-muridNya

Inilah mempelai dasar iman Gereja!

Apakah ini Allah yang kita kenal dan yang kita imani?

APAKAH KITA MENGENAL MEMPELAI YANG MENCINTAI KITA?

….. Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. (2 Corinthians 11:2)

 

P. Otello Pancani SX

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.